22 Januari 2010

Keutamaan Belajar dan Berilmu



Dalam memposisikan kedudukan ilmu, Islam menempatkannya sebagai hal yang penting dan utama. Hal ini dikarenakan ilmu merupakan ukuran bagi kualitas hidup manusia. Selain itu, pesatnya perkembangan ilmu menjadi aset pembangunan, serta berfungsi sebagai pilar kebudayaan.

Terkaitnya dengan tujuan hidup manusia, baik di dunia maupun akhirat, ilmu sangat berperan dalam mewujudkannya. Isyarat ini diberikan Rasulullah saw. dengan sabdanya,

"Barang siapa yang ingin mendapatkan kesuksesan hidup di dunia dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan, dan barang siapa yang ingin mendapatkan kebahagian akhiratnya dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan, dan barang siapa yang ingin mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan keduanya juga dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan."

Dari hadis di atas, jelas Islam menempatkan ilmu sebagai salah satu alat untuk mencapai kebahagaian di dunia, maupun di akhirat. Bahkan sejak awal kelahirannya, agama Islam telah menghargai ilmu dan akal. Secara tegas hal tersebut dinyatakan dalam Al - Qur'an dengan turunnya ayat pertama yang berisi perintah membaca. Perintah ini mengandung makna untuk mencari ilmu.

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ....

"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan." (Q.S.al-'Alaq; 96:1)

Ibnu Mas'ud pernah berkata, "Kamu wajib memiliki imlu karena tidak ada seseorang yang lahir sudah berilmu, tetapi ilmu itu hanya dapat diperoleh dengan belajar."

Allah berfirman dalma Al - Qur'an yang isinya menjelaskan tentang keutamaan atau kemuliaan ini ilmu serta kewibawaan orang yang berilmu sebagai berikut:

...يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ...

"Allah mengangkat orang - orang yang beriman dari golonganmu dan juga orang - orang yang dikaruniai ilmu yang dikaruniai ilmu pengetahuan hingga beberapa derajat." (Q.S. al-Mujaadilah; 58:11)

Belajar dan mengajar ilmu sama pentingnya. Keduanya tidak bisa dipisah-pisahkan. Orang mukmin yang merasa tidak mempunyai ilmu wajib menuntut ilmu. "Seseorang itu tidaklah akan dilahirkan dalam keadaan pandai. Jadi, ilmu pengetahuan itu pastilah harus diusahakan dengan belajar" (Muhammad Jamaluddin Alqasimi Addimasyqi, terjemahan. Moh. Abdai Rathamy, 1973:19). Jika dalam hidup dan kehidupan di dunia ini tidak ada ilmu, manusia kehilangan arah panutan dalam berprilaku sehingga dalam hidupnya benar - benar seperti bintang.

Dengan ilmu yang dimilikinya seseorang mampu menerjemahkan, memahami, dan meneliti, serta dapat mengetahui yang benar dan yang salah. Juga mampu membedakan barang yang halal, dan yang haram. Selain itu juga mampu memilah mana yang wajib dan mana yang sunat.

Tentang kewajiban untuk menuntut ilmu ini ditegaskan oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya, “Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib atas setiap umat muslim.” Imam Syafi’I berkata, “Mencari ilmu itu lebih utama daripada mengerjakan sunah.” (Muhammad Jamaludin Alqasi Addimasyqi, terjemahan Moh. Abdai Rathamy 1973: 18)
Ibnu Mas’ud r. a. berkata,


“Hendaknya kamu semua mengusahakan ilmu pengetahuan itu sebelum ia dilenyapkan.” Salah satu cara Allah swt. melenyapkan ilmu pengetahuan ialah dengan matinya orang – orang yang memberikan atau yang mengajarkannya.

Selain itu, Nabi mendorong umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hidupnya, selama ada kesempatan, meskipun dengan cara merantau ke negeri Cina. Dengan demikian, segala macam ilmu boleh dicari, dan dipelajari asalkan mendatangkan manfaat bagi dirinya, dan bagi orang lain.

Semakin banyak ilmu yang dimiliki seseorang, akan semakin menjadikannya memiliki derajat yang baik di sisi Allah. Tentu saja, sepanjang ilmu tersebut dipergunakan untuk kemaslahatan. Dengan ilmu yang dimilikinya, seseorang akan dihormati dan semakin bertambah tinggi derajatnya di hadapan Allah. Karene itulah, Allah memerintahkan iblis untuk sujud kepada Adam a.s. hal tersebut sebagai manifestasi betapa mulianya orang – orang yang memiliki ilmu. Allah berfirman,

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Maka, tanyakanlah pada ahli ilmu pengetahuan apabila kamu semua tidak mengerti.” (Q.S. an-Nahl; 16: 43)

Pesan simpati disampaikan oleh Muadz, ilmu pengetahuan itu,

  1. Mempelajarinya dengan niat karena Allah merupakan tanda takwa kepada-Nya
  2. Mencarinya merupakan ibadah;
  3. Menelaahnya sebagai tasbih (meMaha Sucikan Tuhan);
  4. Menyelidikinya adalah jihad;
  5. Mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya merupakan sedekah

Menyampaikannya kepada ahlinya adalah kebaktian,
(Muhammad Jamaludin Alqasi Addimasyqi, terjemahan Moh. Abdai Rathamy 1973: 22)

Sahabat Ali r.a. ketika oleh 10 orang yang ingin mengujinya ditanya,”Manakah yang lebih utama: ilmu atau harta,” dengan tegas dan argumentative dia menjawab, jelas ilmu yang lebih utama karena 10 alasan yang berisi perbandingan antara ilmu dan harta (sesuai dengan jumlah penanya, dan jika ada penanya yang lain, Ali pun masih mempunyai segudang jawaban):

  • Ilmu merupakan warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Fir’aun dan orang – orang serakah dan durhaka lainnya;
  • Ilmu akan senatiasa menjaga pemiliknya, sedangkan harta harus selalu dijaga pemilkinya;
    Hartawan cenderung punya banyak musuh, sedangkan ilmuan biasanya punya banyak teman;
  • Apabila digunakan, harta berkurang, sedangkan ilmu akan bertambah;
    Pemilik harta cenderung memperoleh predikat yang jelek – jelek (pelit, angkuh, dan sebagainya), sedangkan pemilik ilmu cenderung memperoleh predikat yang baik – baik;
  • Harta harus dijaga dari pencuri, sedangkan ilmu tidak;
  • Orang yang memiliki harta akan banyak dihisab pada hari Kiamat, sedangkan orang yang memiliki ilmu akan memperoleh pertolongan karena ilmunya itu;
  • Harta mengalami kerusakan, sedangkan ilmu sebaliknya;
  • Harta membuat hati keras, sedangkan ilmu menyinari hati;
  • Harta mengantarkan pemiliknya menganggap dirinya tuhan, sedangkan ilmu membuat pemiliknya merasa sebagai hamba.


sumber : Menuju kemantapan tauhid dengan ibadah dan akhlakul karimah.

0 komentar:

Posting Komentar